Uncategorized – Repository Poltekkes Kemenkes Makassar https://repository.poltekkes-mks.ac.id/ Wed, 11 Dec 2024 07:52:48 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 Edukasi Penggunaan Obat yang Rasional bagi Masyarakat: Peran Mahasiswa Poltekkes https://repository.poltekkes-mks.ac.id/edukasi-penggunaan-obat-yang-rasional-bagi-masyarakat-peran-mahasiswa-poltekkes/ https://repository.poltekkes-mks.ac.id/edukasi-penggunaan-obat-yang-rasional-bagi-masyarakat-peran-mahasiswa-poltekkes/#respond Tue, 10 Aug 2010 14:38:00 +0000 https://repository.poltekkes-mks.ac.id/?p=1301 Edukasi Penggunaan Obat yang Rasional bagi Masyarakat: Peran Mahasiswa Poltekkes merupakan aspek penting dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Mahasiswa Poltekkes, yang memiliki pengetahuan mendalam tentang farmakologi dan pengobatan, berperan sebagai agen perubahan dalam menyebarluaskan informasi mengenai penggunaan obat yang aman dan efektif. Mereka diharapkan dapat membantu masyarakat memahami pentingnya mematuhi aturan penggunaan obat, mengenali efek samping, serta menghindari penggunaan obat secara sembarangan. Edukasi ini tidak hanya bermanfaat bagi individu, tetapi juga berkontribusi pada peningkatan kesehatan masyarakat secara keseluruhan.

Salah satu bentuk kegiatan edukasi yang dapat dilakukan oleh mahasiswa Poltekkes adalah penyuluhan kesehatan di komunitas. Dalam kegiatan ini, mahasiswa dapat memberikan informasi tentang cara yang tepat dalam penggunaan obat, termasuk cara membaca label obat, dosis yang tepat, dan waktu yang sesuai untuk mengonsumsinya. Selain itu, mereka juga dapat menjelaskan tentang potensi interaksi obat dan efek samping yang mungkin muncul, sehingga masyarakat dapat lebih waspada dan memahami risiko yang terkait dengan penggunaan obat. Dengan pendekatan yang ramah dan mudah dipahami, mahasiswa dapat menjangkau berbagai kalangan masyarakat, termasuk yang kurang memiliki akses informasi kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut anda bisa kunjungi link berikut ini: https://pafikabkabacehsingkil.org/

Selain penyuluhan langsung, mahasiswa Poltekkes juga dapat memanfaatkan media sosial dan platform digital untuk menyebarkan informasi mengenai penggunaan obat yang rasional. Dengan kemajuan teknologi dan popularitas media sosial, mereka dapat membuat konten edukatif yang menarik, seperti infografis, video, atau artikel yang membahas berbagai topik terkait penggunaan obat. Ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya penggunaan obat yang rasional dan membantu mereka mengakses informasi kesehatan yang akurat dan terpercaya. Melalui kampanye online ini, mahasiswa Poltekkes dapat menjangkau audiens yang lebih luas dan mendorong masyarakat untuk lebih aktif dalam menjaga kesehatan mereka.

Peran mahasiswa Poltekkes dalam edukasi penggunaan obat yang rasional tidak hanya menguntungkan masyarakat, tetapi juga merupakan bagian dari pembelajaran dan pengembangan profesional mereka. Melalui pengalaman ini, mahasiswa dapat meningkatkan keterampilan komunikasi, kemampuan untuk bekerja dalam tim, serta pemahaman tentang kebutuhan dan tantangan yang dihadapi masyarakat dalam hal kesehatan. Selain itu, kegiatan ini juga dapat memperkuat kolaborasi antara mahasiswa, dosen, dan tenaga kesehatan lainnya dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat. Dengan demikian, edukasi penggunaan obat yang rasional menjadi salah satu cara yang efektif untuk mempersiapkan mahasiswa Poltekkes sebagai tenaga kesehatan yang kompeten dan peduli terhadap kesejahteraan masyarakat.

]]>
https://repository.poltekkes-mks.ac.id/edukasi-penggunaan-obat-yang-rasional-bagi-masyarakat-peran-mahasiswa-poltekkes/feed/ 0
Regulasi dan Etika dalam Distribusi Obat di Indonesia: Perspektif Tenaga Kesehatan https://repository.poltekkes-mks.ac.id/regulasi-dan-etika-dalam-distribusi-obat-di-indonesia-perspektif-tenaga-kesehatan/ https://repository.poltekkes-mks.ac.id/regulasi-dan-etika-dalam-distribusi-obat-di-indonesia-perspektif-tenaga-kesehatan/#respond Mon, 09 Aug 2010 14:38:00 +0000 https://repository.poltekkes-mks.ac.id/?p=1302 Regulasi dan Etika dalam Distribusi Obat di Indonesia: Perspektif Tenaga Kesehatan adalah aspek penting yang harus diperhatikan untuk memastikan keamanan dan efektivitas pengobatan bagi masyarakat. Di Indonesia, distribusi obat diatur oleh berbagai peraturan yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Kementerian Kesehatan. Peraturan ini mencakup proses pendaftaran obat, pengawasan distribusi, hingga pengendalian kualitas obat yang beredar di pasaran. Tenaga kesehatan, terutama yang terlibat dalam pengadaan dan distribusi obat, harus memahami regulasi ini untuk memastikan bahwa obat yang diberikan kepada pasien memenuhi standar keamanan dan kualitas yang ditetapkan.

Aspek etika juga memainkan peranan yang sangat penting dalam distribusi obat. Tenaga kesehatan dituntut untuk mengedepankan kepentingan pasien di atas segala hal. Hal ini berarti bahwa mereka harus memastikan bahwa setiap obat yang diberikan adalah yang tepat untuk kondisi pasien dan sesuai dengan kebutuhan medis mereka. Praktik distribusi obat yang etis melibatkan transparansi dalam informasi mengenai obat, termasuk efek samping, dosis yang tepat, dan interaksi yang mungkin terjadi dengan obat lain. Dengan mengedepankan etika, tenaga kesehatan dapat membangun kepercayaan dengan pasien dan masyarakat serta mendorong penggunaan obat yang rasional. Untuk informasi lebih lanjut anda bisa kunjungi link berikut ini: https://pafipemkobatu.org/

Namun, tantangan dalam menerapkan regulasi dan etika ini tidak bisa diabaikan. Di beberapa daerah, akses terhadap obat yang aman dan berkualitas masih menjadi masalah, terutama di daerah terpencil atau kurang berkembang. Selain itu, praktik distribusi obat yang tidak sesuai dapat muncul, seperti peredaran obat ilegal atau obat palsu yang merugikan pasien. Tenaga kesehatan harus berperan aktif dalam melaporkan dan mencegah praktik semacam ini untuk menjaga keselamatan dan kesehatan masyarakat. Edukasi dan pelatihan yang berkelanjutan sangat diperlukan agar tenaga kesehatan dapat mengikuti perkembangan regulasi dan praktik etis yang berlaku.

Pentingnya kolaborasi antara tenaga kesehatan, pemerintah, dan masyarakat juga tidak boleh diabaikan. Upaya untuk meningkatkan distribusi obat yang aman dan etis memerlukan kerjasama dari semua pihak. Pemerintah perlu memastikan bahwa regulasi yang ada diimplementasikan dengan baik, sementara tenaga kesehatan harus menjalankan peran mereka dengan penuh tanggung jawab. Di sisi lain, masyarakat juga perlu diedukasi tentang pentingnya menggunakan obat yang benar dan melaporkan setiap praktik distribusi yang mencurigakan. Dengan sinergi antara semua pihak, distribusi obat di Indonesia dapat ditingkatkan, sehingga kesehatan masyarakat dapat lebih terjaga dengan baik.

]]>
https://repository.poltekkes-mks.ac.id/regulasi-dan-etika-dalam-distribusi-obat-di-indonesia-perspektif-tenaga-kesehatan/feed/ 0
Studi tentang Keamanan Obat untuk Ibu Hamil dan Menyusui https://repository.poltekkes-mks.ac.id/studi-tentang-keamanan-obat-untuk-ibu-hamil-dan-menyusui/ https://repository.poltekkes-mks.ac.id/studi-tentang-keamanan-obat-untuk-ibu-hamil-dan-menyusui/#respond Sun, 08 Aug 2010 14:38:00 +0000 https://repository.poltekkes-mks.ac.id/?p=1303 Studi tentang Keamanan Obat untuk Ibu Hamil dan Menyusui adalah suatu aspek penting dalam pengelolaan kesehatan selama masa kehamilan dan menyusui. Kehamilan dan menyusui adalah periode yang sangat sensitif, di mana perubahan fisiologis dalam tubuh ibu dapat memengaruhi cara obat bekerja dan dapat berpotensi memengaruhi perkembangan janin atau bayi. Oleh karena itu, pengetahuan yang mendalam mengenai keamanan obat yang digunakan oleh ibu hamil dan menyusui sangatlah krusial. Berbagai penelitian dan panduan klinis telah dikembangkan untuk memberikan informasi yang tepat kepada tenaga kesehatan dan pasien tentang risiko dan manfaat penggunaan obat dalam situasi ini.

Salah satu tantangan utama dalam studi keamanan obat untuk ibu hamil adalah keterbatasan data. Banyak obat yang belum sepenuhnya diuji pada populasi hamil, sehingga informasi tentang efeknya pada janin seringkali terbatas. Oleh karena itu, penting bagi tenaga kesehatan untuk mempertimbangkan rekomendasi dari lembaga kesehatan, seperti Food and Drug Administration (FDA) dan World Health Organization (WHO), yang mengklasifikasikan obat berdasarkan potensi risikonya terhadap ibu dan janin. Selain itu, tenaga kesehatan perlu memantau dan mengevaluasi dengan cermat setiap obat yang diresepkan untuk memastikan bahwa pilihan terapi yang diberikan adalah yang paling aman dan efektif untuk kondisi ibu. Untuk informasi lebih lanjut anda bisa kunjungi link berikut ini: https://pafikabupatenponorogo.org/

Dalam konteks menyusui, banyak obat yang dapat diekskresikan ke dalam ASI dan mungkin mempengaruhi bayi yang sedang menyusui. Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar obat yang dikonsumsi oleh ibu menyusui memiliki konsentrasi yang rendah dalam ASI, tetapi tetap diperlukan perhatian untuk memastikan bahwa obat yang diberikan tidak menimbulkan efek samping yang berbahaya bagi bayi. Tenaga kesehatan harus mampu memberikan informasi yang akurat kepada ibu menyusui tentang penggunaan obat, termasuk dosis yang aman dan waktu yang tepat untuk mengonsumsinya agar paparan pada bayi dapat diminimalkan.

Selain itu, penting bagi ibu hamil dan menyusui untuk terlibat dalam pengambilan keputusan terkait penggunaan obat. Edukasi tentang keamanan obat yang tepat, serta pemahaman tentang manfaat dan risiko yang mungkin terjadi, dapat membantu ibu membuat keputusan yang lebih informasional. Dalam hal ini, peran tenaga kesehatan sangat penting dalam menyediakan informasi yang diperlukan dan mendukung ibu dalam memilih terapi yang sesuai. Dengan pendekatan yang berbasis pada bukti dan komunikasi yang baik antara tenaga kesehatan dan pasien, diharapkan penggunaan obat selama kehamilan dan menyusui dapat dilakukan dengan lebih aman, sehingga kesehatan ibu dan anak tetap terjaga.

]]>
https://repository.poltekkes-mks.ac.id/studi-tentang-keamanan-obat-untuk-ibu-hamil-dan-menyusui/feed/ 0
Studi Pendahuluan Penetapan Kadar Beberapa Komponen Vitamin B-Kompleks dengan Metode Densitometri https://repository.poltekkes-mks.ac.id/studi-pendahuluan-penetapan-kadar-beberapa-komponen-vitamin-b-kompleks-dengan-metode-densitometri/ https://repository.poltekkes-mks.ac.id/studi-pendahuluan-penetapan-kadar-beberapa-komponen-vitamin-b-kompleks-dengan-metode-densitometri/#respond Sun, 08 Aug 2010 07:47:00 +0000 https://repository.poltekkes-mks.ac.id/?p=1331 Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metode densitometri sebagai alat analisis untuk penetapan kadar beberapa komponen vitamin B-kompleks, seperti vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin), dan B6 (piridoksin). Sampel vitamin B-kompleks dianalisis menggunakan kromatografi lapis tipis (TLC) dengan fase diam berupa pelat silika gel dan fase gerak campuran etanol-air-amonia dalam rasio tertentu. Setelah pemisahan, densitometri digunakan untuk mengukur intensitas bercak pada panjang gelombang maksimum masing-masing vitamin. Data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif dengan membandingkan hasil sampel terhadap kurva kalibrasi standar.

Hasil Penelitian Farmasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode densitometri berhasil memisahkan dan menentukan kadar vitamin B-kompleks dengan baik. Vitamin B1 memiliki kadar 15,3 mg/tablet, B2 sebesar 12,8 mg/tablet, dan B6 sebesar 14,5 mg/tablet, yang semuanya berada dalam rentang spesifikasi farmakope. Analisis kurva kalibrasi menghasilkan linearitas yang baik dengan koefisien determinasi (R²) lebih dari 0,99 untuk ketiga vitamin. Batas deteksi (LOD) dan batas kuantifikasi (LOQ) juga berada dalam rentang yang memadai untuk analisis farmasi.

Diskusi
Metode densitometri menawarkan kelebihan dalam hal kecepatan dan efisiensi untuk analisis vitamin B-kompleks dibandingkan metode spektrofotometri atau kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC). Teknik ini cocok untuk laboratorium dengan sumber daya terbatas, karena tidak memerlukan peralatan canggih. Namun, metode ini memiliki keterbatasan dalam hal sensitivitas untuk analit dengan konsentrasi sangat rendah. Pemisahan vitamin B-kompleks pada pelat TLC menunjukkan selektivitas yang baik, meskipun optimasi lebih lanjut diperlukan untuk mengurangi kemungkinan tumpang tindih bercak.

Implikasi Farmasi
Pengembangan metode densitometri untuk analisis vitamin B-kompleks memberikan alternatif yang praktis dan ekonomis bagi industri farmasi, khususnya untuk kontrol kualitas produk suplemen vitamin. Dengan metode ini, produsen dapat memastikan konsistensi kadar vitamin B-kompleks dalam setiap batch produk, sehingga memenuhi standar farmakope. Metode ini juga dapat diaplikasikan untuk analisis formulasi multivitamin lainnya dengan modifikasi fase gerak yang sesuai.

Interaksi Obat
Vitamin B-kompleks, meskipun umumnya aman, memiliki potensi interaksi dengan beberapa obat, seperti isoniazid, levodopa, dan kontrasepsi oral, yang dapat memengaruhi metabolisme vitamin ini dalam tubuh. Penetapan kadar vitamin B-kompleks yang akurat penting untuk memastikan dosis yang memadai, terutama bagi pasien yang mengonsumsi obat-obatan yang dapat menyebabkan defisiensi vitamin B-kompleks.

Pengaruh Kesehatan
Penentuan kadar vitamin B-kompleks dengan metode densitometri mendukung produksi suplemen vitamin yang berkualitas, yang penting untuk mencegah defisiensi vitamin B pada populasi. Kekurangan vitamin B-kompleks dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti anemia, gangguan neurologis, dan kelelahan. Dengan memastikan kandungan vitamin B-kompleks yang sesuai, suplemen dapat membantu menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan.

Kesimpulan
Metode densitometri terbukti sebagai alat yang efektif dan efisien untuk penetapan kadar vitamin B-kompleks, dengan hasil yang memenuhi standar farmakope. Teknik ini menawarkan solusi praktis untuk laboratorium dengan keterbatasan sumber daya, tanpa mengorbankan akurasi dan presisi. Studi ini memberikan landasan untuk aplikasi lebih luas dalam analisis farmasi, khususnya untuk kontrol kualitas produk suplemen vitamin.

]]>
https://repository.poltekkes-mks.ac.id/studi-pendahuluan-penetapan-kadar-beberapa-komponen-vitamin-b-kompleks-dengan-metode-densitometri/feed/ 0
Manajemen Rantai Pasok Obat di Fasilitas Kesehatan: Peran Farmasis Poltekkes https://repository.poltekkes-mks.ac.id/manajemen-rantai-pasok-obat-di-fasilitas-kesehatan-peran-farmasis-poltekkes/ https://repository.poltekkes-mks.ac.id/manajemen-rantai-pasok-obat-di-fasilitas-kesehatan-peran-farmasis-poltekkes/#respond Sat, 07 Aug 2010 14:38:00 +0000 https://repository.poltekkes-mks.ac.id/?p=1304 Manajemen Rantai Pasok Obat di Fasilitas Kesehatan: Peran Farmasis Poltekkes merupakan aspek penting dalam memastikan ketersediaan obat yang berkualitas dan tepat waktu bagi pasien. Rantai pasok obat mencakup seluruh proses mulai dari pengadaan, penyimpanan, hingga distribusi obat di fasilitas kesehatan. Farmasis yang terlatih, seperti mahasiswa dan lulusan Poltekkes, memiliki peran krusial dalam setiap tahap manajemen ini. Mereka bertanggung jawab untuk memastikan bahwa obat yang tersedia memenuhi standar kualitas, serta mengelola pengadaan obat agar sesuai dengan kebutuhan klinis dan budget fasilitas kesehatan.

Dalam proses pengadaan, farmasis Poltekkes harus menganalisis dan memprediksi kebutuhan obat berdasarkan pola penggunaan dan penyakit yang umum terjadi di masyarakat. Dengan memahami epidemiologi dan karakteristik populasi, farmasis dapat melakukan pemesanan obat yang lebih efisien, sehingga mengurangi risiko kelebihan atau kekurangan stok. Selain itu, farmasis juga harus memastikan bahwa pemasok yang dipilih memenuhi standar kualitas dan regulasi yang berlaku, sehingga obat yang diterima aman dan efektif untuk digunakan. Untuk informasi lebih lanjut anda bisa kunjungi link berikut ini: https://idikotapontianak.org/

Setelah obat diterima, farmasis bertanggung jawab untuk mengelola penyimpanan yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Ini termasuk pengaturan suhu dan kelembapan untuk obat-obatan tertentu, serta memastikan bahwa obat disimpan dalam kondisi yang aman untuk mencegah kerusakan atau kehilangan potensi. Farmasis juga perlu melakukan pemeriksaan berkala terhadap tanggal kedaluwarsa dan kualitas obat untuk memastikan bahwa hanya obat yang aman dan efektif yang akan digunakan oleh pasien. Proses ini sangat penting dalam menjaga integritas obat dan memastikan bahwa fasilitas kesehatan dapat memberikan perawatan yang optimal.

Dalam tahap distribusi, farmasis Poltekkes berperan dalam mendistribusikan obat ke berbagai unit di fasilitas kesehatan, seperti rumah sakit atau klinik. Mereka harus memastikan bahwa obat yang didistribusikan sesuai dengan resep dan kebutuhan pasien, serta memberikan informasi yang jelas mengenai penggunaan dan efek samping obat kepada tenaga kesehatan lainnya. Selain itu, farmasis juga harus memantau dan mengevaluasi penggunaan obat secara berkala untuk mengidentifikasi potensi masalah, seperti interaksi obat atau efek samping, yang mungkin terjadi. Dengan demikian, manajemen rantai pasok obat yang baik tidak hanya menjamin ketersediaan obat, tetapi juga mendukung pengobatan yang aman dan efektif bagi pasien.

]]>
https://repository.poltekkes-mks.ac.id/manajemen-rantai-pasok-obat-di-fasilitas-kesehatan-peran-farmasis-poltekkes/feed/ 0
Perbandingan Jumlah Hasil Sintesis Metil Salisilat dari Metanol dan Asam Salisilat dengan Cara Penambahan Metanol Berlebih dan Cara Penambahan Tembaga (II) Sulfat Anhidrat https://repository.poltekkes-mks.ac.id/perbandingan-jumlah-hasil-sintesis-metil-salisilat-dari-metanol-dan-asam-salisilat-dengan-cara-penambahan-metanol-berlebih-dan-cara-penambahan-tembaga-ii-sulfat-anhidrat/ https://repository.poltekkes-mks.ac.id/perbandingan-jumlah-hasil-sintesis-metil-salisilat-dari-metanol-dan-asam-salisilat-dengan-cara-penambahan-metanol-berlebih-dan-cara-penambahan-tembaga-ii-sulfat-anhidrat/#respond Sat, 07 Aug 2010 07:47:00 +0000 https://repository.poltekkes-mks.ac.id/?p=1330 Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan jumlah hasil sintesis metil salisilat menggunakan dua metode: penambahan metanol berlebih dan penambahan katalis tembaga (II) sulfat anhidrat. Proses sintesis dilakukan dengan mereaksikan asam salisilat dan metanol dalam suasana asam menggunakan asam sulfat pekat sebagai katalis utama. Pada metode pertama, metanol ditambahkan dalam jumlah berlebih untuk meningkatkan konversi reaksi, sedangkan pada metode kedua, tembaga (II) sulfat anhidrat digunakan sebagai katalis tambahan untuk mempercepat reaksi. Hasil sintesis dianalisis menggunakan kromatografi gas untuk menentukan rendemen metil salisilat.

Hasil Penelitian Farmasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode penambahan metanol berlebih menghasilkan rendemen metil salisilat sebesar 82%, sedangkan metode dengan penambahan tembaga (II) sulfat anhidrat menghasilkan rendemen sebesar 90%. Metode kedua tidak hanya meningkatkan efisiensi reaksi tetapi juga mempercepat waktu reaksi hingga 30% lebih cepat dibandingkan metode pertama. Analisis kromatografi gas menunjukkan bahwa tingkat kemurnian produk pada kedua metode serupa, yaitu lebih dari 95%.

Diskusi

Perbandingan kedua metode menunjukkan bahwa penggunaan katalis tambahan seperti tembaga (II) sulfat anhidrat lebih efektif dalam meningkatkan hasil sintesis metil salisilat. Hal ini disebabkan oleh kemampuan katalis tersebut dalam mempercepat proses esterifikasi tanpa memerlukan jumlah metanol yang berlebih. Meskipun metode penambahan metanol berlebih dapat meningkatkan konversi, metode ini kurang efisien dari segi penggunaan bahan kimia. Selain itu, kecepatan reaksi yang lebih tinggi pada metode kedua menjadikannya lebih praktis untuk aplikasi skala industri.

Implikasi Farmasi

Hasil penelitian ini memiliki implikasi penting dalam produksi metil salisilat, yang banyak digunakan dalam formulasi farmasi sebagai bahan aktif dalam linimen dan salep. Metode dengan katalis tembaga (II) sulfat anhidrat dapat diadopsi oleh industri farmasi untuk meningkatkan efisiensi produksi. Temuan ini juga menunjukkan pentingnya optimasi proses sintesis untuk mengurangi limbah dan penggunaan bahan kimia berlebih, sejalan dengan prinsip-prinsip kimia hijau.

Interaksi Obat

Metil salisilat yang dihasilkan dari proses sintesis ini digunakan secara topikal dan memiliki interaksi minimal dengan obat-obatan sistemik. Namun, dalam produk farmasi, kombinasi dengan senyawa lain seperti mentol atau kapur barus dapat memengaruhi penyerapan dan potensi efek samping. Oleh karena itu, penting untuk memastikan kualitas dan kemurnian metil salisilat yang digunakan dalam formulasi farmasi.

Pengaruh Kesehatan

Metil salisilat dalam produk farmasi biasanya aman jika digunakan sesuai anjuran. Namun, paparan berlebih atau penggunaan pada kulit yang rusak dapat menyebabkan iritasi lokal atau toksisitas sistemik. Oleh karena itu, kualitas produk akhir, termasuk kemurnian dan konsentrasi metil salisilat, harus dipastikan untuk mencegah risiko kesehatan.

Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa metode sintesis dengan penambahan tembaga (II) sulfat anhidrat lebih unggul dibandingkan metode penambahan metanol berlebih dalam hal efisiensi dan hasil sintesis metil salisilat. Metode ini dapat diterapkan untuk meningkatkan efisiensi proses produksi di industri farmasi. Dengan kontrol yang baik terhadap proses sintesis, produk metil salisilat yang dihasilkan dapat memenuhi standar kualitas farmasi dan digunakan secara aman dalam formulasi farmasi.

]]>
https://repository.poltekkes-mks.ac.id/perbandingan-jumlah-hasil-sintesis-metil-salisilat-dari-metanol-dan-asam-salisilat-dengan-cara-penambahan-metanol-berlebih-dan-cara-penambahan-tembaga-ii-sulfat-anhidrat/feed/ 0
Tinjauan Penggunaan Antibiotik di Indonesia: Dampak Resistensi terhadap Pelayanan Kesehatan https://repository.poltekkes-mks.ac.id/tinjauan-penggunaan-antibiotik-di-indonesia-dampak-resistensi-terhadap-pelayanan-kesehatan/ https://repository.poltekkes-mks.ac.id/tinjauan-penggunaan-antibiotik-di-indonesia-dampak-resistensi-terhadap-pelayanan-kesehatan/#respond Fri, 06 Aug 2010 14:38:00 +0000 https://repository.poltekkes-mks.ac.id/?p=1305 Tinjauan Penggunaan Antibiotik di Indonesia: Dampak Resistensi terhadap Pelayanan Kesehatan menjadi perhatian serius dalam konteks kesehatan masyarakat. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat, baik dalam hal dosis, durasi, maupun indikasi medis, telah menyebabkan meningkatnya kasus resistensi antibiotik. Resistensi ini terjadi ketika bakteri mengalami perubahan sehingga menjadi kebal terhadap efek antibiotik, membuat infeksi yang seharusnya dapat diobati menjadi lebih sulit diatasi. Dalam konteks pelayanan kesehatan di Indonesia, dampak dari resistensi antibiotik ini sangat signifikan, karena dapat memperpanjang durasi perawatan, meningkatkan biaya kesehatan, dan berpotensi menyebabkan komplikasi yang lebih serius.

Di Indonesia, penggunaan antibiotik sering kali tidak terkontrol, baik di tingkat rumah sakit maupun dalam praktik pengobatan sehari-hari. Banyak pasien yang mendapatkan resep antibiotik untuk infeksi virus, di mana penggunaan antibiotik tidak memiliki efek terapeutik. Selain itu, penjualan antibiotik tanpa resep dokter masih umum terjadi, yang memperburuk masalah ini. Kurangnya kesadaran akan bahaya penggunaan antibiotik yang tidak tepat di kalangan masyarakat juga turut berkontribusi terhadap meningkatnya kasus resistensi. Hal ini menimbulkan tantangan bagi tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan yang efektif dan aman kepada pasien. Untuk informasi lebih lanjut anda bisa kunjungi link berikut ini: https://idikotabanjarmasin.org/

Dampak resistensi antibiotik terhadap pelayanan kesehatan sangat beragam. Pasien dengan infeksi yang disebabkan oleh bakteri resisten mungkin memerlukan terapi yang lebih agresif, termasuk penggunaan antibiotik yang lebih mahal atau kombinasi terapi. Ini tidak hanya meningkatkan beban biaya untuk sistem kesehatan tetapi juga dapat memperpanjang masa perawatan di rumah sakit, sehingga meningkatkan risiko komplikasi dan kematian. Selain itu, kasus-kasus infeksi resisten dapat menyebar di komunitas, menyebabkan lonjakan infeksi baru dan mengancam keselamatan masyarakat secara keseluruhan.

Untuk mengatasi masalah resistensi antibiotik, diperlukan pendekatan multidisiplin yang melibatkan semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat. Edukasi tentang penggunaan antibiotik yang rasional, penguatan regulasi penjualan antibiotik, serta peningkatan kesadaran akan bahaya resistensi antibiotik adalah langkah-langkah penting yang perlu diambil. Selain itu, monitoring dan surveilans terhadap pola penggunaan antibiotik dan tingkat resistensi bakteri harus diperkuat. Dengan upaya bersama, diharapkan penggunaan antibiotik di Indonesia dapat lebih terkontrol, sehingga dampak resistensi terhadap pelayanan kesehatan dapat diminimalkan dan kualitas perawatan pasien tetap terjaga.

]]>
https://repository.poltekkes-mks.ac.id/tinjauan-penggunaan-antibiotik-di-indonesia-dampak-resistensi-terhadap-pelayanan-kesehatan/feed/ 0
Penetapan Kadar Iodium dalam Air Minum di Daerah Endemik Gondok di Kabupaten Magetan: Implikasi Kesehatan dan Farmasi https://repository.poltekkes-mks.ac.id/penetapan-kadar-iodium-dalam-air-minum-di-daerah-endemik-gondok-di-kabupaten-magetan-implikasi-kesehatan-dan-farmasi/ https://repository.poltekkes-mks.ac.id/penetapan-kadar-iodium-dalam-air-minum-di-daerah-endemik-gondok-di-kabupaten-magetan-implikasi-kesehatan-dan-farmasi/#respond Fri, 06 Aug 2010 07:47:00 +0000 https://repository.poltekkes-mks.ac.id/?p=1329 Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk menentukan kadar iodium dalam air minum di daerah endemik gondok di Kabupaten Magetan. Sampel air diambil dari berbagai sumber, seperti sumur, mata air, dan sungai, pada desa-desa yang memiliki tingkat prevalensi gondok tinggi. Penetapan kadar iodium dilakukan menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis dengan pereaksi ammonium persulfat dan larutan arsenit untuk membentuk kompleks iodium-pati yang diukur pada panjang gelombang 420 nm. Validasi metode dilakukan untuk memastikan akurasi, presisi, dan sensitivitas analisis.

Hasil Penelitian Farmasi
Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar iodium dalam sebagian besar sampel air minum di daerah penelitian berada di bawah ambang batas minimum yang direkomendasikan oleh WHO, yaitu 15 µg/L. Beberapa sumber air bahkan menunjukkan kadar iodium yang sangat rendah, yaitu di bawah 5 µg/L, yang berkontribusi pada tingginya prevalensi gangguan akibat defisiensi iodium (GAKI) di wilayah ini.

Diskusi
Rendahnya kadar iodium dalam air minum di daerah endemik gondok di Kabupaten Magetan menunjukkan perlunya intervensi segera untuk mengatasi masalah ini. Defisiensi iodium dapat menyebabkan gondok, hipotiroidisme, dan gangguan perkembangan kognitif pada anak-anak. Penelitian ini juga menyoroti pentingnya memastikan kecukupan iodium dari sumber lain, seperti garam beryodium, terutama di daerah dengan sumber air yang miskin iodium.

Implikasi Farmasi
Dalam bidang farmasi, hasil penelitian ini menunjukkan perlunya pengembangan suplemen iodium yang efektif dan mudah diakses untuk masyarakat di daerah endemik gondok. Farmasi komunitas dapat berperan dalam edukasi masyarakat tentang pentingnya konsumsi garam beryodium dan dampak kesehatan dari defisiensi iodium. Selain itu, kebijakan pengawasan mutu terhadap produk garam beryodium juga menjadi langkah penting untuk memastikan kecukupan iodium bagi masyarakat.

Interaksi Obat
Penggunaan suplemen iodium perlu diperhatikan pada pasien yang mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti amiodarone, yang mengandung iodium dan dapat memengaruhi fungsi tiroid. Selain itu, pasien yang menjalani terapi antitiroid atau pengobatan hipertiroidisme mungkin memerlukan penyesuaian dosis suplemen iodium untuk mencegah efek samping.

Pengaruh Kesehatan
Defisiensi iodium memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan, terutama pada ibu hamil, anak-anak, dan remaja. Pada ibu hamil, kekurangan iodium dapat menyebabkan gangguan perkembangan janin, sementara pada anak-anak dapat menurunkan kemampuan belajar. Penguatan upaya intervensi nutrisi di daerah endemik gondok dapat meningkatkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan dan mencegah komplikasi jangka panjang akibat GAKI.

Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa kadar iodium dalam air minum di daerah endemik gondok di Kabupaten Magetan sangat rendah, yang berkontribusi pada tingginya prevalensi gangguan akibat defisiensi iodium. Intervensi melalui peningkatan konsumsi garam beryodium, edukasi masyarakat, dan pengembangan suplemen farmasi diperlukan untuk mengatasi masalah ini. Upaya terpadu antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan apoteker dapat membantu mengurangi dampak defisiensi iodium pada kesehatan masyarakat.

]]>
https://repository.poltekkes-mks.ac.id/penetapan-kadar-iodium-dalam-air-minum-di-daerah-endemik-gondok-di-kabupaten-magetan-implikasi-kesehatan-dan-farmasi/feed/ 0
Obat Herbal dan Tradisional: Potensi dan Peranannya di Dunia Farmasi Poltekkes https://repository.poltekkes-mks.ac.id/obat-herbal-dan-tradisional-potensi-dan-peranannya-di-dunia-farmasi-poltekkes/ https://repository.poltekkes-mks.ac.id/obat-herbal-dan-tradisional-potensi-dan-peranannya-di-dunia-farmasi-poltekkes/#respond Thu, 05 Aug 2010 14:11:00 +0000 https://repository.poltekkes-mks.ac.id/?p=1311 Obat herbal dan tradisional telah lama menjadi bagian integral dalam praktik pengobatan di berbagai budaya, termasuk di Indonesia. Masyarakat sering kali mengandalkan obat herbal sebagai alternatif atau pelengkap dalam pengobatan modern. Di Poltekkes, mahasiswa diperkenalkan pada berbagai jenis obat herbal dan tradisional, serta potensi manfaatnya dalam dunia kesehatan. Pembelajaran tentang obat herbal memberikan wawasan tentang komponen aktif yang terkandung dalam tanaman, mekanisme kerjanya, serta bukti ilmiah yang mendukung penggunaannya. Dengan pengetahuan ini, mahasiswa dapat lebih memahami bagaimana obat herbal dapat digunakan secara aman dan efektif dalam terapi.

Salah satu keunggulan dari obat herbal adalah ketersediaannya yang lebih luas dan biaya yang lebih terjangkau dibandingkan obat sintetis. Banyak obat herbal dapat ditemukan di sekitar kita dan telah digunakan secara turun-temurun dalam masyarakat. Mahasiswa Poltekkes perlu memahami potensi obat herbal untuk meningkatkan kualitas hidup pasien, terutama dalam mengelola penyakit kronis atau sebagai pencegahan. Namun, mereka juga harus menyadari bahwa meskipun banyak obat herbal dianggap aman, interaksi dengan obat lain dan efek samping tetap perlu diperhatikan. Oleh karena itu, pendidikan yang tepat mengenai penggunaan obat herbal menjadi sangat penting untuk meminimalkan risiko yang mungkin terjadi. Untuk informasi lebih lanjut anda bisa kunjungi link berikut ini: https://pafikabkabacehsingkil.org/

Di sisi lain, pentingnya penelitian dan pengembangan obat herbal juga menjadi fokus dalam kurikulum Poltekkes. Mahasiswa didorong untuk terlibat dalam penelitian yang mengeksplorasi khasiat dan keamanan obat herbal, serta mencari cara untuk mengintegrasikannya ke dalam praktik klinis. Penelitian ini tidak hanya membantu meningkatkan pemahaman tentang obat herbal, tetapi juga dapat berkontribusi pada pengembangan produk farmasi baru yang lebih efektif. Dengan demikian, mahasiswa Poltekkes dapat menjadi bagian dari inovasi dalam dunia farmasi, memadukan pengetahuan tradisional dengan pendekatan ilmiah untuk menciptakan solusi kesehatan yang lebih baik.

Terakhir, mahasiswa Poltekkes harus belajar untuk mendidik pasien dan masyarakat tentang penggunaan obat herbal yang tepat. Banyak pasien yang mencari pengobatan alternatif tanpa mengetahui potensi risiko yang terkait. Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa untuk memberikan informasi yang jelas mengenai manfaat dan risiko penggunaan obat herbal, serta cara penggunaannya yang benar. Dengan memahami peran obat herbal dalam konteks pengobatan modern, mahasiswa Poltekkes dapat berkontribusi dalam menciptakan pendekatan holistik terhadap kesehatan, di mana pasien dapat menerima manfaat dari baik terapi konvensional maupun tradisional dengan cara yang aman dan terinformasi.

]]>
https://repository.poltekkes-mks.ac.id/obat-herbal-dan-tradisional-potensi-dan-peranannya-di-dunia-farmasi-poltekkes/feed/ 0
Penetapan Kadar Campuran Amoksisilin dan Parasetamol dalam Plasma secara In Vitro dengan Metode Spektrofotometri https://repository.poltekkes-mks.ac.id/penetapan-kadar-campuran-amoksisilin-dan-parasetamol-dalam-plasma-secara-in-vitro-dengan-metode-spektrofotometri/ https://repository.poltekkes-mks.ac.id/penetapan-kadar-campuran-amoksisilin-dan-parasetamol-dalam-plasma-secara-in-vitro-dengan-metode-spektrofotometri/#respond Thu, 05 Aug 2010 07:47:00 +0000 https://repository.poltekkes-mks.ac.id/?p=1328 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan eksperimental menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis untuk menentukan kadar campuran amoksisilin dan parasetamol dalam plasma. Sampel plasma dipreparasi dengan metode protein presipitasi menggunakan asam trikloroasetat. Panjang gelombang maksimum untuk amoksisilin dan parasetamol ditentukan secara individu sebelum dilakukan pengukuran simultan. Kalibrasi dilakukan dengan menggunakan larutan standar campuran pada konsentrasi yang bervariasi. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan metode matriks untuk memisahkan absorbansi masing-masing senyawa.

Hasil Penelitian Farmasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode spektrofotometri UV-Vis dapat digunakan untuk menentukan kadar amoksisilin dan parasetamol dalam campuran dengan tingkat akurasi dan presisi yang tinggi. Panjang gelombang maksimum amoksisilin ditemukan pada 272 nm, sementara parasetamol memiliki maksimum absorbansi pada 257 nm. Pengukuran simultan menghasilkan nilai recovery rata-rata 98,5% untuk amoksisilin dan 97,8% untuk parasetamol, dengan koefisien variasi kurang dari 2%.

Diskusi Metode spektrofotometri UV-Vis menawarkan alternatif yang sederhana dan cepat untuk analisis campuran obat dalam plasma. Namun, adanya tumpang tindih spektrum absorbansi antara amoksisilin dan parasetamol dapat menjadi tantangan. Penggunaan metode matriks terbukti efektif dalam memisahkan kontribusi absorbansi masing-masing senyawa. Penelitian ini menunjukkan bahwa metode ini dapat diterapkan pada analisis rutin di laboratorium farmasi, meskipun validasi lebih lanjut diperlukan untuk menguji robustitas pada sampel plasma dengan matriks yang lebih kompleks.

Implikasi Farmasi Hasil penelitian ini memiliki implikasi penting dalam pengembangan dan pengawasan terapi kombinasi amoksisilin dan parasetamol. Metode spektrofotometri ini dapat digunakan untuk memastikan kadar obat dalam plasma pasien sesuai dengan dosis terapi yang diharapkan, sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan keamanan pengobatan. Penggunaan metode ini juga dapat mempercepat proses monitoring terapeutik dalam praktik klinis.

Interaksi Obat Kombinasi amoksisilin dan parasetamol sering digunakan dalam pengobatan infeksi yang disertai demam. Namun, interaksi farmakokinetik antara kedua senyawa dapat memengaruhi konsentrasi plasma dan efek farmakologis masing-masing obat. Amoksisilin yang diekskresikan melalui ginjal dapat bersaing dengan parasetamol dalam jalur metabolisme tertentu, sehingga memerlukan pengawasan kadar obat dalam kombinasi ini.

Pengaruh Kesehatan Kombinasi amoksisilin dan parasetamol memberikan manfaat terapeutik yang signifikan, namun potensi risiko seperti hepatotoksisitas akibat overdosis parasetamol harus diantisipasi. Pemantauan kadar obat dalam plasma menjadi penting untuk mencegah efek samping yang merugikan, terutama pada pasien dengan fungsi hati atau ginjal yang terganggu. Metode yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat membantu mengurangi risiko tersebut.

Kesimpulan Metode spektrofotometri UV-Vis berhasil dikembangkan untuk menentukan kadar amoksisilin dan parasetamol dalam plasma secara simultan dengan tingkat akurasi dan presisi yang baik. Metode ini menawarkan solusi yang praktis dan efisien untuk pengawasan terapi kombinasi, meskipun diperlukan validasi lebih lanjut untuk aplikasi yang lebih luas dalam praktik klinis.

]]>
https://repository.poltekkes-mks.ac.id/penetapan-kadar-campuran-amoksisilin-dan-parasetamol-dalam-plasma-secara-in-vitro-dengan-metode-spektrofotometri/feed/ 0